Minggu, 04 Maret 2012


Yogyakarta terletak di pesisir selatan Pulau Jawa bagian tengah. Sepanjang pesisirnya dijumpai banyak pantai yang indah. Secara fisiografis, daerah pesisir Yogyakarta terbagi menjadi dua yaitu daerah tinggian (coastal highland) dan daerah rendahan (coastal lowland). Daerah tinggian pesisir terletak di sebelah timur (pada peta berwarna hijau muda), memiliki pemandangan unik dan tipikal bentang alam karst yang dibentuk oleh batugamping, berupa sebaran perbukitan berbentuk mangkok terbalik, dikenal dengan sebutan Pegunungan Sewu . Kontak dataran tinggian pesisir ini dengan Samudera Hindia berupa tebing (cliff) dengan garis pantai yang tak beraturan, namun di beberapa tempat dijumpai pula pantai berpasir yang sangat indah, seperti Pantai Baron, Kukup dan Kerakal. Jenis pasir yang dijumpai juga berbeda dengan pantai lainnya, yakni berupa butiran cangkang kerang dan sedimen batugamping hasil erosi pada tebing-tebing pesisir, sehingga memberikan pemandangan pantai berwarna putih kekuningan yang bersih.
Daerah rendahan pesisir terletak di sebelah barat (pada peta berwarna hijau tua), ditandai dengan garis pantai yang relatif lurus. Daerah rendahan ini dibentuk oleh sedimen berusia muda yang berasal dari aktifitas kegunungapian Merapi di sebelah utara Yogyakarta. Di sepanjang daerah rendahan ini dijumpai banyak pantai, seperti Pantai Parangtritis dan Glagah. Umumnya kenampakan pantai di daerah rendahan ini tidaklah seindah pantai-pantai yang berada di daerah tinggian lantaran tersusun oleh sedimen hasil aktifitas gunung api yang berukuran lebih halus dan berwarna abu-abu. Tetapi mereka menawarkan pemandangan lainnya yang hanya satu-satunya di Indonesia, yakni bentang alam gumuk pasir (coastal dunes) yang berkembang di sepanjang garis pantai daerah rendahan tersebut, namun yang paling ekstensif adalah di Pantai Parangtritis. Bahkan di Pantai Glagah, pasir merapi tersebut juga disertai dengan pasir besi dalam jumlah yang cukup banyak dan bernilai ekonomis tinggi, diduga berasal dari erosi dasar laut. Kehadiran bentang alam gumuk pasir ini bisa dijelaskan dengan kehadiran pasir Merapi yang tersedia dalam jumlah luar-biasa besarnya (Merapi pernah dinobatkan sebagai gunung dekade 1990-an karena aktivitasnya yang sangat tinggi), ombak dan arus Samudera Hindia yang kuat sehingga mampu mengembalikan pasir tersebut ke darat, serta kehadiran angin yang kencang mampu menerbangkan butiran pasir dan membentuk gumuk pasir - gumuk pasir tersebut.

Pantai Krakal

Pantai Kukup


Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis dan gumuk pasirnya, penduduk hanya membuat pagar dari anyaman bambu yang diletakkan di depan pintu rumah agar tidak diserbu oleh pasir. Gumuk pasir tersebut bergerak secara terus-menerus menuju ke rumah penduduk. Pihak yang terkait sebaiknya memikirkan lebih jauh stabilisasi gumuk pasir tersebut, seperti dengan penanaman jenis tumbuhan tertentu yang mampu menghambat gerak maju gumuk pasir tersebut. Latar belakang adalah dataran tinggi Pegunungan Sewu.
Andong (kereta kecil yang dihela oleh kuda) dan kuda adalah sarana transportasi alternatif bila anda ingin menikmati Pantai Parangtritis. Tampak juga tebing pesisir (coastal cliff) yang terjal dan tersusun oleh batugamping. Pantai Parangtritis adalah pantai di daerah rendahan pesisir (coastal lowland) yang berbatasan langsung daerah tinggian pesisir (coastal highland).
Ombak yang bergulung-gulung dengan indahnya memang menggoda hati para peselancar dan perenang, tetapi karena arus sepanjang pantai (
longshore current) yang sangat kuat dan berbahaya, aktifitas tersebut dilarang oleh pemerintah demi keselamatan para pengunjung.
Pantai ini juga memiliki nilai historis dan religius bagi masyarakat Yogyakarta, sehingga setiap tahun senantiasa dilakukan acara-acara ritual Kraton di pantai, seperti acara Labuhan Suro (pemberian sesaji kepada lautan).
Singkapan batugamping yang membangun daerah tinggian pesisir (coastal highland), yang juga merupakan sumber bagi sedimen pantai. Foto ini diambil dari Pantai Prangtritis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar